Minggu, 02 Oktober 2011

WARISANKU DARI KECIL

Saya hidup dari keluarga menengah, ayahku seorang pelaut diperusahaan BUMN, beliau pulang bisa 6 bulan, 1 tahun bahkan bisa mencapai 2 tahun.

Sepintas pekerjaan tersebut seperti biasa saja tetapi bagiku pekerjaan beliau sangat mulia, karena saya menilai bahwa sebagai seorang pelaut harus mempunyai jiwa dan perasaan yang luar biasa, siap meninggalkan anak dan istri yang cukup lama dan harus siap menghadapi ombak dan gelombang kehidupan yang nyata dalam kesehariannya.

Sebelum berangkat untuk pergi berlayar, banyak persiapan yang beliau berikan kepada keluarga ini salah satunya adalah saya, karena saya adalah anak lelaki satu-satunya dari lima kakak perempuan dan satu adik perempuanku.  Beliau selalu memberikan warisan berupa amanah kepada saya untuk menjaga keluarga ini serta sebuah peti kayu yang berisi peralatan perkakas seperti gergaji, palu / martil, obeng dan lain sebagainya.

Warisan amanah itu adalah

“ Kamu harus menjaga Ibu, kakak serta adik kamu selama saya tidak dirumah, jaga harga diri dan kehormatan mereka sebagai perempuan, lakukan apa saja oleh kamu bila itu benar  terhadap mereka.”

Dan warisan yang kedua adalah

“ Peralatan ini adalah sarana untuk menjadikan tangan  kamu untuk bekerja, lakukan bila ada yang harus kamu lakukan dirumah ini.”

Itulah momen dimana setiap Ayahku akan berangkat bekerja, biasanya setelah pulang beliau akan bertanya apa saja yang terjadi pada saat beliau tidak ada, sebelum beliau memberikan hadiah atau sesuatu.  Dan tak lupa biasanya beliau menanyakan pertanggung jawaban dari masing-masing keluarga ini.

Ayahku berasal dari propinsi Kalimantan, sebelum beliau menjadi pelaut baground beliau adalah seorang Guru ditempat beliau tinggal, karena satu hal akhirnya mendaftarkan diri menjadi TNI yang ditugaskan Ke Jakarta, Bandung, dan daerah lainnya sebagai tugas pengabdian terhadap Negara.  Setelah menikah dengan Ibuku dan mempunyai beberapa anak, akhirnya Beliau hijrah dan mengabdi menjadi pelaut.

Warisan yang ku sebutkan tadi mungkin sebagian orang menganggap tidak berarti, tetapi bagi saya itu adalah sebuah warisan yang sangat berharga dibanding dengan warisan berupa materi, karena dari bekal hal tersebut sebuah motivasi dan pembelajaran yang saya dapat bahwa untuk dijadikan bekal hidup saya dimasa akan datang.

Warisan yang sering saya dapat dari nasehatnya adalah bahwa kita jangan tergantung dengan orang lain, sikap perduli ditanamkan, sikap jangan pantang menyerah, gunakan tanganmu untuk bekerja melayani orang lain. Sebelum kamu melayani orang lain, layani dahulu dirimu sendiri.



Perjuangan hidup yang beliau alami ditanamkan kepada keluarga khususnya saya sebagai laki-laki, bahwa langkah seorang lelaki harus panjang karena selain menjadi imam pertanggung jawaban untuk dunia dan akherat harus dipikul dipundaknya.

sebelum Ayah saya meninggal dunia, beliau sempat mengajak saya untuk pulang ke kampung halamanNya.

“ Kalau kamu ingin warisan, coba kamu lihat sekitar kamu !, apakah kita pantas mengambil dari mereka, yang setiap hari mengurusnya adalah mereka, sementara kita yang jauh dan datang dengan tiba-tiba ingin mengambil dan meminta jatah kita.”

“ Jangan kamu tergantung dari harta ini, kamu harus berusaha sendiri dengan tangan dan otakmu, karena meninggalkan materi akan habis bahkan bisa menjadi perpecahan satu sama lain.”



Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkwalitas.



Dari bekal motivasi beliau banyak hal yang bisa saya dapat dan lakukan sekarang.

Terima kasih Ayah “ YOU ARE MY BEST.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar