Minggu, 02 Oktober 2011

Menjadi MURAHAN atau MAHAL.

Terinspirasi dari cerita seorang Ibu di tempat warung makan khas sumatera barat, pada saat itu saya bersama isteri dan anak sedang menunggu pesanan makan siang.  Tidak sengaja saya mendengar percakapan mereka yang ternyata seorang Ibu sedang memarahi anaknya  gadis dengan usia kira-kira 19 tahun dengan masih memegang sendok dan garpu, sepertinya itu suapan ke mulut yang terakhir, batinku.

“ Kamu bagaimana sich, jadi anak kok murahan banget.

“ Siapa yang murahan bu, saya kan pergi  ke rumah teman itu aja kok.

“ Bohong kamu, setiap hari ada saja tetangga yang laporan ke Ibu, kamu sering pergi dan datang kerumah  cowok yang ngga jelas itu..kamu tuh sadar seharusnya kamu bisa jaga kehormatan kamu sebagai wanita, bukan pergi ngga jelas gitu.!”

Si Anak bukannya mendengar dan menerima apa yang barusan di perintahkan oleh Ibunya, melainkan pergi begitu saja dengan sedikit ngedumel, “ Dasar orang tua Kuno, ngga tahu jaman anak muda sekarang.”

Ibu nya mendengar umpatan si anak hanya mengusap dada dan berucap, “ Ya Allah ternyata dunia dan jaman sudah terbalik.” 



Sepulangnya  dari  tempat  makan tersebut,   ditengah jalan isteri saya sedikit komentar

 “ Dasar Durhaka tuh Anak, belum tahu aja nanti kalau sudah menikah dan punya anak, biar tahu rasa ngelahirin anak tuh susah dan sakit taruhannya nyawa. “



Dari hal tersebut diatas, otak saya merekam semuanya sambil coba menganalisa untuk membuat sebuah kesimpulan dalam diri saya.



Murah = Murahan.

Barangkali bila kita bisa melihat disekitar kita untuk mencari contoh atau gambaran tentang apa kata Murah.

Hampir kita sering melihat atau belanja disebuah toko antara yang berada di Etalase dengan yang berada diluar etalase ( di pajang  diluar),  mungkin sepintas harga dan kualitas hampir sama, tetapi bila diamati lebih seksama terdapat perbedaan yang sangat jauh. Bilamana yang dipajang bisa dipegang, diraba, dicium atau dirasakan dengan panca indra, maka sangat wajar barang tersebut bila di nilai harganya sampai sangat murah, akan tetapi bilamana yang berada di etalase hanya pengamatan mata saja yang bisa di nikmati, bila semakin dinikmati rasa penasaran akan tercipta dalam diri kita untuk bertanya tentang harga barang tersebut bahkan semakin keinginan kuat untuk membeli walaupun dengan harga yang mahal sekalipun.

Bagaimana dengan ucapan Ibu tadi yang mengatakan bahwa anaknya Murahan.

Kodrat wanita adalah harus menjaga kehormatan dirinya, bukan hanya kehormatan secara fisik akan tetapi kehormatan harga diri sebagai wanita, karena semakin dijaga dengan baik kehormatannya, maka semakin MAHAL  harga diri wanita tersebut, bukan menjadi MURAHAN yang bisa di obral kemanapun. Dan untuk menjadi mahal yang pasti butuh pengorbanan.

Lantas siapa yang menjadikan harga diri dan kehormatan itu menjadi MAHAL  atau MURAHAN.

Jawabnya Ya wanita itu sendiri yang tertuang dari sikap, tutur kata /attitude dalam keseharian.



Menyambung ucapan Ibu nya tadi “ Jaman sudah berubah.”

Sebenarnya yang berubah jaman atau perilaku manusia, bila melihat sekarang dengan mengembalikan ingatan kita ke masa 10 tahun kebelakang perubahan apa yang terjadi.

“ Apa yang berubah dari sekarang “

“” Dahulu disini hanya sebuah tanah kosong, sekarang sudah banyak bangunan besar dan indah.””

“” 10 tahun kemarin jalan ini belum ada selebar dan sekuat ini, sekarang jalan utama sudah ada melalui Fly Over dan Under ground.

Mungkin masih banyak lagi perubahan-perubahan yang terjadi.  Kalau sudah begini apakah jaman atau dunia sudah berubah ?”

Manusianya lah yang merubah semuanya, dunia hanya sebatas media, sementara jaman hanya mengikuti waktu untuk merubah hari menjadi tahun, seriring berjalannya waktu perubahan perilaku dan perubahan material saling tumbuh.

Sering ada anggapan  bahkan menyalahkan…. “ dunia sudah edan “, ……

sebenarnya yang edan adalah perilaku manusianya sehubungan dengan waktunya orang-orang itu menjadi edan, bukan dunia yang patut disalahkan.









Menyikapi MURAHAN atau MAHAL dalam kontek perilaku manusia dalam bekerja.

Mari kita ingat semboyan antara kualitas dan kwantitas bahwasannya kwantitas akan mengikuti kualitas

Seseorang akan mendapatkan harga sebuah penilaian menjadi  Murah kwantitasnya bila kualitasnya rendah atau murah, begitupun sebaliknya.

Karyawan sebuah perusahaan jasa disebuah pelayanan transportasi bercerita kepada saya tentang masalah pekerjaan bahkan sampai masalah pendapatan yang menurut dia perusahaan tempatnya bekerja tidak adil. “ Apa yang menjadi tidak adil dalam diri anda.” Tanya saya.

“ Ya segalanya, mulai dari pekerjaan dan pendapatan.” Jawab dia.

Saya coba mulai koreksi “ Apakah anda sudah sadar batas ketidak adilan yang menurut anda tidak sampai pada diri anda, dan apakah sudah anda pikirkan kenapa perbedaan itu terjadi yang mengakibatkan harga sebuah kualitas tidak seimbang dengan kwantitas diri anda, coba anda refresh ke belakang mulai dari anda masuk pertama kali kerja diperusahaan tersebut dari jabatan, pekerjaan, suasana kerja sampai bos atau pimpinan anda.  Coba gali kembali apa yang ada didalam diri anda temukan letak ketidak adilan tersebut dengan menutupinya yaitu perubahan.

Karena bila kualitas kerja anda mahal, maka kwantitas ( materi ) akan mengikuti, seperti bayangan yang ada didalam diri anda.



Jadi yang menjadikan MURAH atau MAHAL harga diri kita yaitu sikap dan perilaku diri sendiri.

                                            “””””””””””””””’Percaya atau tidak”””””””””””””””””””””””””’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar