Minggu, 02 Oktober 2011

Cermin Anak

Suatu ketika disebuah sekolah, diadakan pementasan drama. Pentas drama yang meriah dengan pemain yang semuanya siswa-siswi disana, setiap anak mendapat peran dan memakai kostum sesuai dengan tokoh yang mereka perankan, semuanya tampak serius sebab pak guru akan memberikan hadiah kepada anak yang tampil terbaik dalam pementasan.

Didepan panggung semua orang tua murid ikut hadir dan menyemarakan acara itu.

Lakon drama berjalan dengan sempurna. Semua anak tampil dengan maksimal, ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya. Ada juga yang menjadi nelayan lengkap dengan jala yang disampirkan dibahu. Disudut sana tampak pula seorang anak dengan raut ketus, sebab dia  kebagian peran. Pak tua yang pemarah, disudut lain ada seorang anak dengan muka sedih, layaknya pemurung yang sedang menangis.



Tepuk tangan dari orang tua dan guru kerap terdengar disisi kanan dan kiri panggung.



Tibalah kini akhir dari pementasan drama, dan itu berarti saatnya pak guru mengumumkan siapa yang berhak mendapatkan hadiah, setiap anak berdebar dalam hati,

Berharap mereka terpilih menjadi pemain drama terbaik, didalam hati mereka komat-kamit berdoa supaya Pak Guru menyebutkan nama mereka, dan mengundang keatas panggung agar diberikan hadiah, para orangtua pun ikut berdoa membayangkan anak mereka menjadi yang terbaik.



Pak Guru telah menaiki panggung dan menyebutkan sebuah nama..Ahha.. ternyata anak yang memerankan tokoh Pak Tua yang pemarah yang menjadi Juara. Dengan wajah yang berbinar anak itu sorak gembira.” Aku menang “ ucapnya sambil berteriak. Ia pun bergegas naik keatas panggung didampingi oleh kedua orangtuanya yang tampak bangga.

Tepuk tangan terdengar lagi, sang orangtua menatap sekeliling, menatap keseluruh hadirin dengan bangganya.



Pak Guru menyambut mereka,sebelum menyerahkan hadiah. “ ia sedikit bertanya kepada sang “ jagoan “ Nak, kamu memang hebat, pantas untuk mendapatkannya, Peranmu sebagai seorang yang pemarah memang bagus sekali, Apa rahasianya yach..sehingga kamu bisa tampil sebagus ini ? kamu pasti rajin mengikuti latihan, tak heran jika kamu terpilih menjadi yang terbaik..” Tanya pak Guru, “coba ceritakan kepada kami semua, apa yang bisa membuat kamu seperti ini..”



Sang Anak menjawab “ Terima Kasih atas hadiahnya Pak,

Dan sebenarnya saya harus berterima kasih kepada Ayah saya dirumah, karena dari Ayah lah saya belajar berteriak dan menjadi Pemarah. Kepada Ayah lah saya meniru perilaku seperti ini. Ayah sering berteriak kepada saya, maka bukan hal yang sulit untuk menjadi Pemarah seperti Ayah.



Tampak sang Ayah mulai tercenung, sang anak mulai melanjutkan, “… Ayah membesarkan saya dengan seperti ini,..Jadi peran yang saya mainkan sangat mudah buat saya…”



Senyap, usai bibir anak itu terkatup, keadaan tambah senyap.  Begitupun kedua orangtua sang anak diatas panggung mereka tampak tertunduk, jika sebelumnya mereka sangat bangga, kini keadaannya berubah. Seakan mereka berdiri sebagai terdakwa dimuka pengadilan.

Mereka belajar sesuatu dihari itu, ada yang perlu diluruskan dalam perilaku mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar