Rabu, 05 Oktober 2011

Belajar Ikhlas

“Suatu saat kamu akan mengerti sendiri “ ucap almarhum Ayahku.
Ikhlas memberi, ikhlas menerima sepertinya gampang diucapkan dan sulit untuk dilakukan,manusia umumnya mengerti apa dan mengapa harus ikhlas tetapi semua menjadi sirna dan lupa begitu bentuk aktifitas keseharian yang terjadi karena peranan emosi yang memainkan lebih sensitive dibanding perasaan menerima dan memberi.
Pada saat Ayahku dirawat di rumah sakit untuk menjalani cuci darah, terjadi peristiwa mental tepatnya emosi dikeluarga kami yang menyaksikan hal tersebut, kakak iparku marah besar melihat perilaku seorang Suster yang seenaknya membuat lubang untuk infuse dan lubang untuk keluar masuknya darah tanpa memperlihatkan mimic kemanusiaan diwajahnya, karena Ayahku merasa kesakitan pada saat tangannya  tidak bisa dimasukkan jarum dan pindah ke tangan yang satu lagi mencari posisi lain sambil berkata “ Bapak bagaimana sih ! jangan tegang dong, saya jadi susah untuk memasukan jarumnya.” Ucap Suster itu.
Ayahku hanya mengangguk diam, tetapi kakak iparku yang dari tadi memperhatikan tersulut juga emosinya sambil berkata. “ Hey suster, kamu punya otak tidak sih, orang tua saya sudah tua jangan kamu seenaknya bentak-bentak, suster mau tidak orang tuamu dibentak seperti itu.”  
Suster itu minta maaf kepada kami semuanya.
Saya yang menyaksikan terpana dan emosi juga, tapi sayangnya hanya dipendam tanpa ku utarakan seperti kakak iparku,akhirnya setelah selesai untuk proses infuse dan proses cuci darah dengan suasana tenang saya berbicara dengan ayahku, “ waktu proses tadi, kenapa tidak coba bilang ke susternya bahwa itu sakit dan tidak sampai kejadian kayak tadi.” Ucap saya kepada Ayahku.
“ Sudahlah, saya sudah minta maaf kepada suster itu atas kejadian tadi, ini adalah pelajaran buat kamu.” Ucap Ayahku
Saya coba meresapi  ucapan tersebut, tiba-tiba seperti tahu apa yang kupikirkan Ayahku berkata “ Tujuan kita kesini adalah untuk proses kesembuhan, dalam menjalani proses itu ada yang namanya rasa sakit, rasa pahit, rasa takut, semua harus dihadapi dan dijalankan dengan ikhlas demi tujuan itu hilangkan semua yang kamu rasakan, yang kamu lihat tadi adalah upaya pembelajaran dalam mencapai rasa ikhlas, saya ikhlas mendapatkan penyakit ini dan sayapun harus ikhlas dalam menjalani penyembuhan walaupun sakit dalam prosesnya, manusia terkadang tidak ikhlas pada saat diberikan penyakit, padahal sebenarnya yang membuat sakit adalah diri sendiri dan terkadang hanya bisa menyalahkan orang lain dan Tuhan.”
“ Tapi kenapa tadi minta maaf ke suster itu, seharusnya kami.!”
“ Tapi kenapa juga kalian yang marah, kan yang merasakan sakit saya.”  ucap Ayahku.

Satu lagi pembelajaran tentang makna ikhlas dalam wujud nyata keseharian…
Terima kasih Ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar