Minggu, 02 Oktober 2011

Belajar arif dari sebuah Emas

Seorang pemuda mendatangi seorang sufi dan bertanya, “ Guru saya tak mengerti mengapa orang seperti anda mesti berpakaian apa adanya seperti ini, amat sangat sederhana.  Bukankah dimasa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya penampilan tetapi untuk banyak tujuan lain.



Sang Sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya lalu berkata.” Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lakukan dahulu satu hal untukku, ambilah cincin ini dan bawalah ke pasar seberang sana, Bisakah kamu menjualnya seharga “”Seratus Ribu Rupiah”” ?



Melihat cincin sang Guru yang kotor, pemuda tadi merasa ragu “ Seratus Ribu Rupiah” ? saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu…



“ Cobalah dahulu sobat muda siapa tahu kamu berhasil “



Pemuda itu bergegas ke pasar. Ia lalu menawarkan kepada pedagang kain, pedagang sayur,penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata tak seorangpun berani membeli dengan harga yang dimaksud. Mereka hanya menawar hanya sebesar Tiga Puluh Ribu sampai Lima Puluh Ribu, dan tentu saja pemuda tersebut tidak berani menjualnya. Ia lalu kembali ke padepokan dan melapor “ Guru, tak seorang pun berani membeli dengan harga Seratus Ribu, mereka hanya menawar sebesar Tiga Puluh sampai Lima Puluh Ribu saja.”



Sambil tersenyum sang Sufi yang Arif berkata “ Sekarang Cobalah kamu pergi ke toko Emas dibelakang jalan ini, coba kamu perllihatkan kepada pemilik toko  atau penjual Emas dan jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberi penilaian.”



Pemuda itu lalu pergi ketoko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada sang Sufi dengan raut wajah yang lain, ia kemudian melapor “ Guru, ternyata para pedagang dipasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas yang aku tawarkan ternyata berani menawar dengan harga tinggi yaitu “ Satu Juta Rupiah.”



Rupanya harga cincin ini Dua puluh kali lipat lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang dipasar.



Sang Sufi tersenyum sambil berujar Lirih “ Itulah jawaban atas pertanyaan mu tadi sobat muda. Seseorang tidak dinilai dari pakaiannya. Tergantung kita menempatkannya dari sudut pandang mana.



“ Emas dan Permata yang ada didalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa, diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses.” “” Wahai sobat mudaku, kita tidak bisa menilai hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas, seringkali yang disangka Emas ternyata Loyang dan yang kita lihat Loyang ternyata sebuah Emas..”””

Tidak ada komentar:

Posting Komentar