Sabtu, 08 Oktober 2011

JANGAN SETENGAH-SETENGAH


Nasihat yang paling sering kita dengar untuk mencapai kesuksesan hidup adalah : lakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh.  Para ahli marketing sangat memahami apa arti sebuah kesungguhan, sebab pekerjaan mereka dengan sedikit melebih-lebihkan yang merupakan pekerjaan paling sulit didunia.

Setiap hari bahkan setiap saat mereka berhadapan dengan tantangan yang baru untuk mempertahankan sebuah produk atau mencoba mengembangkan produk yang lain.

Hanya dengan kesungguhanlah seorang tenaga Marketing bisa mencapai target yang ia tetapkan, tentu setelah produk didapat pengolahan secara operasional juga yang menentukan.

Sebenarnya setiap pekerjaan, apapun bentuknya seharusnya memang kita perlakukan sebagai sebuah produk yang akan kita tawarkan ke pasar / atau customer dengan ikut memberikan kepuasan kepada pelanggan.  Dengan begitu kita dapat berperan juga sebagai tenaga marketing walaupun cangkupan pekerjaan yang berbeda.

Kalau kita bekerja disebuah kantor atau perusahaan, pertama-tama kita harus mengetahui tentang pengenalan produk / product  knowledge, yang membuat kita mengerti apa produk dari perusahaan kita bekerja. Agar pada saat bekerja kita seolah-olah tidak tahu dan kita dipaksakan pada posisi yang tidak tepat, disinilah berlaku adagium : “ The right man on the right place. “

Setiap orang hanya akan mampu melakukan sesuatu dengan sempurna dan memperoleh hasil yang luar biasa kalau ia memahami strong point atau titik kuatnya dan kemudian melakukan pekerjaan itu dengan tekun, sungguh-sungguh dan tdak setengah-setengah.  Tuhan menganugrahkan pada setiap manusia kelebihan-kelebihan yang unik pada bakat dan kemampuan. 

Masalahnya, tidak semua orang tahu apa kelebihannya, semata-mata karena alas an malas untuk menemukan dan mengembangkan.  Sebaliknya tidak sedikit orang yang tahu kelebihan yang dimilikinya namun tidak pernah sungguh-sungguh meng-eksplore kelebihannya itu.

“SETIAP PRIBADI ADALAH LUAR BIASA, ASALKAN IA MAU MELAKUKAN SESUATU SECARA LUAR BIASA PULA, BAHKAN HAL YANG TAMPAK BIASA-BIASA SAJA  BILA DILAKUKAN DENGAN LUAR BIASA AKAN MELAHIRKAN SESUATU YANG LUAR BIASA.”

Rabu, 05 Oktober 2011

Mind set Karyawan.

 
Ada fenomena yang menarik tentang “ profesi karyawan “. Pada satu sisi sebagian orang sangat mendambakan pekerjaan atau status sebagai karyawan agar hidup mempunyai penghasilan tetap dan bisa hidup stabil setiap bulannya.  Bisa menjadi karyawan bagi mereka sudah dianggap sebagai sebuah keberuntungan, mengingat rasio pencari kerja dengan lapangan kerja yang tersedia di negeri ini sangat tidak sebanding.
Ditambah lagi bahwa kondisi perekonomian yang terasa makin sulit dan menyesakkan dada, semakin menguatkan keinginan orang untuk menjadi karyawan.
Pada sisi yang lain, ada sebagian orang yang sudah bekerja memandang profesi karyawan sebatas “ apa adanya”.  Karyawan, ya begitulah, yang penting punya penghasilan tetap.  Hanya sebagian kecil yang memandang profesi karyawan sebagai sesuatu yang berarti, bernilai lebih.
Disinilah sesungguhnya masalah mulai menarik, sebab tanpa sadar ada kecenderungan dari para karyawan sendiri untuk menilai rendah statusnya “ Ah, kita’kan Cuma karyawan !” ungkapan – ungkapan pesimis dan rendah diri semacam itu yang justru sering terengar.
Secara prinsip nyaris semuanya terjebak pada mind set, paradigma,bahwa karyawan semata-mata sebagai “ orang gajian”. Orang yang menjual tenaga, pikiran atau keterampilannya dan mendapatkan gaji sebagai imbalan. Paradigma ini pula yang sering  tanpa sadar melahirkan berbagai pernyataan dan sikap pesimis serta rendah diri dari para karyawan sendiri.
Karyawan sesungguhnya jauh lebih luhur dan luar biasa yang bisa disejajarkan dengan predikat “ profesi “.  Seperti pengacara, dokter dan lainnya.
KARYAWAN artinya orang yang membuat atau melahirkan sebuah KARYA, dalam kata “ karya” ( apapun) mengandung sebuah proses kreatif, proses penciptaan yang setara esensinya dengan proses penciptaan manusia sendiri, sebagai KARYA TUHAN yang Maha Agung.
Jadi tegasnya, karyawan bukanlah melulu orang gajian, orang yang bekerja lalu mendapatkan imbalan, Bukan..lewat paradigma baru itulah setiap karywan akan jauh lebih menghargai dan menghormati status profesinya dan mempunyai nilai setara dan bahkan bisa lebih dengan berbagai profesi “ bergengsi” lainnya. Bahkan amat sangat mungkin, karyawan bisa melahirkan berbagai keajaiban melalui karyanya.

Belajar Ikhlas

“Suatu saat kamu akan mengerti sendiri “ ucap almarhum Ayahku.
Ikhlas memberi, ikhlas menerima sepertinya gampang diucapkan dan sulit untuk dilakukan,manusia umumnya mengerti apa dan mengapa harus ikhlas tetapi semua menjadi sirna dan lupa begitu bentuk aktifitas keseharian yang terjadi karena peranan emosi yang memainkan lebih sensitive dibanding perasaan menerima dan memberi.
Pada saat Ayahku dirawat di rumah sakit untuk menjalani cuci darah, terjadi peristiwa mental tepatnya emosi dikeluarga kami yang menyaksikan hal tersebut, kakak iparku marah besar melihat perilaku seorang Suster yang seenaknya membuat lubang untuk infuse dan lubang untuk keluar masuknya darah tanpa memperlihatkan mimic kemanusiaan diwajahnya, karena Ayahku merasa kesakitan pada saat tangannya  tidak bisa dimasukkan jarum dan pindah ke tangan yang satu lagi mencari posisi lain sambil berkata “ Bapak bagaimana sih ! jangan tegang dong, saya jadi susah untuk memasukan jarumnya.” Ucap Suster itu.
Ayahku hanya mengangguk diam, tetapi kakak iparku yang dari tadi memperhatikan tersulut juga emosinya sambil berkata. “ Hey suster, kamu punya otak tidak sih, orang tua saya sudah tua jangan kamu seenaknya bentak-bentak, suster mau tidak orang tuamu dibentak seperti itu.”  
Suster itu minta maaf kepada kami semuanya.
Saya yang menyaksikan terpana dan emosi juga, tapi sayangnya hanya dipendam tanpa ku utarakan seperti kakak iparku,akhirnya setelah selesai untuk proses infuse dan proses cuci darah dengan suasana tenang saya berbicara dengan ayahku, “ waktu proses tadi, kenapa tidak coba bilang ke susternya bahwa itu sakit dan tidak sampai kejadian kayak tadi.” Ucap saya kepada Ayahku.
“ Sudahlah, saya sudah minta maaf kepada suster itu atas kejadian tadi, ini adalah pelajaran buat kamu.” Ucap Ayahku
Saya coba meresapi  ucapan tersebut, tiba-tiba seperti tahu apa yang kupikirkan Ayahku berkata “ Tujuan kita kesini adalah untuk proses kesembuhan, dalam menjalani proses itu ada yang namanya rasa sakit, rasa pahit, rasa takut, semua harus dihadapi dan dijalankan dengan ikhlas demi tujuan itu hilangkan semua yang kamu rasakan, yang kamu lihat tadi adalah upaya pembelajaran dalam mencapai rasa ikhlas, saya ikhlas mendapatkan penyakit ini dan sayapun harus ikhlas dalam menjalani penyembuhan walaupun sakit dalam prosesnya, manusia terkadang tidak ikhlas pada saat diberikan penyakit, padahal sebenarnya yang membuat sakit adalah diri sendiri dan terkadang hanya bisa menyalahkan orang lain dan Tuhan.”
“ Tapi kenapa tadi minta maaf ke suster itu, seharusnya kami.!”
“ Tapi kenapa juga kalian yang marah, kan yang merasakan sakit saya.”  ucap Ayahku.

Satu lagi pembelajaran tentang makna ikhlas dalam wujud nyata keseharian…
Terima kasih Ayah.

Senin, 03 Oktober 2011

Mencari Malaikat

Suatu hari seorang bayi siap untuk dilahirkan kedunia, Dia bertanya kepada Tuhan
“Para malaikat di sini mengatakan bahwa besok engkau akan mengirimku kedunia, tetapi bagaimana cara saya hidup disana, saya begitu kecil dan lemah.”
Tuhan menjawab “ aku telah memilih satu malaikat untuk mu yang akan menjaga dan mengasihimu.”
“Tapi disini didalam surga, aku dapat tertawa dan bersenandung memuji Mu dan para rasul.”
“Malaikatmu disana akan selalu bernyanyi dan bersenandung untukmu setiap hari dan kamu akan merasa kehangatan cintanya dan menjadi lebih berbahagia.”
“ Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku jika saya tidak mengerti bahasa mereka ?”
“Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa indah yang pernah kau dengar dan dengan penuh kesabaran dan perhatian, bagaimana cara berbicara.”
“Apa yang akan saya lakukan bila saya ingin berbicara kepadaMU TUHAN “
“ Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara berdoa.”
“ Saya mendengar bahwa dibumi banyak orang jahat dan siapa yang akan melindungi saya.”
“ Malaikatmu akan melindungimu, walaupun harus mengancam jiwanya sampai penuh pengorbanan.”
“ Tapi saya akan merasa sangat sedih sekali karena tidak melihatMU lagi.”
“Malaikatmu akan menceritakan padamu tentangKu dan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaKu. Walaupun sesungguhnya aku akan selalu berada disisimu.”
“ Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau beritahu siapa nama malaikatku.”
“ kamu akan memanggil malaikatmu yaitu “ IBU ”.

Ibunda Kenapa Engkau Menangis

Suatu ketika, ada sorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya.” Ibu kenapa ibu menangis.? “ ibunya menjawab “ sebab ibu seorang wanita nak !”.
Aku tak mengerti Tanya si anak lagi, ibunya hanya tersenyum dan memeluk erat “ Nak kamu memang tak akan pernah mengerti…..”
Kemudian anak itu bertanya kepada ayahnya.” Ayah mengapa ibu menangis ? sepertinya ibu menangis tanpa sebab yang jelas. ?” sang ayah menjawab “ semua wanita memang menangis tanpa ada alasan.” Hanya itu jawaban yang diberikan oleh ayahnya.
Lama kemudian anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya “mengapa wanita menangis.”
Pada suatu malam dia bermimpi “ dan bertanya kepada Tuhan “ Ya Allah kenapa wanita gampang sekali menangis “

Dalam mimpinya Tuhan menjawab.

“ Saat kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama, kuciptakan bahunya agar mampu menahan beban dunia beserta isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya dengan penuh perjuangan antara hidup dan mati, dan walau seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dan maki dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan untuk membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya walau lelah tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi apapun dan dalam situasi apapun. Walau tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya.
Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap.sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya, sebab bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak.?
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya, Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar,saling melengkapi dan saling menyayangi.

Dan akhirnya “ Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya.
Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan, hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya
“Air mata ini adalah air mata kehidupan.
Maka dekatkan diri kita pada sang ibu kalau beliau masih hidup, karena dikakiNyalah kita menemukan surga.

PAKU

Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku disebuah pohon besar dibelakang rumah setiap kali dia marah ( 1 paku = 1 kemarahan )
Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pohon setiap kali dia marah…lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pohon.
Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.
Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya, lalu sang ayah menuntun anaknya ke pohon tersebut, dan berkata “ Hmmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang dipohon ini, pohon ini tak akan bisa sama seperti sebelumnya,” Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini……( dihati orang lain )

Kamu dapat menusukan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu…tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada…dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik.

Pelajaran Berharga Dari Cicak

Ketika sedang merenovasi sebuah rumah,seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah tua biasanya memiliki sebuah celah bata semen yang lapuk dan cukup panjang sampai kedasar bangunan, ketika mulai dirontokan dia menemukan seekor cicak terperangkap diruang kosong tersebut karena kakinya melekat pada sebuah surat.
Dia merasa kasihan sekaligus penasaran, lalu ketika dia mengecek surat itu, ternyata surat itu telah berada disitu selama 10 tahun, yang telah ditinggalkan penghuni terdahulu.
Apa yang terjadi?
Bagaimana cicak tersebut dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama itu dan dalam keadaan gelap tanpa cahaya, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.
Orang itu lalu berfikir, bagaimana cicak tersebut dapat makan selama ini ?
Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan terus memperhatikan si cicak dan tanpa diduga datang seekor cicak lain sambil membawa makanan dimulutnya.AHHH.
Orang itu merasa terharu dengan melihat hal itu, ternyata ada cicak lain yang selama ini memperhatikan cicak yang terperangkap selama 10 tahun berlalu.
Sungguh ini sebuah cinta,Cinta yang indah,cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta ? tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun.
Bayangkan hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu mengagumkan.
INGAT JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI

Anak Yang di Lupakan

Sebuah Posting kiriman dari teman.

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.
Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya
mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang
sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya
tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar
hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi
yang mengingatnya.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti
sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari
betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore
itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari
hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…
Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10
tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus
menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.
Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,
namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan
yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”
Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras

Minggu, 02 Oktober 2011

…….BEKERJA…………..




Bekerja ?

Jawabannya beragam, ada yang memaknai bahwa manusia harus bekerja demi kebutuhan dan tuntutan hidup, bahwa dengan bekerja sudah pasti penghasilan akan di dapat, ada yang bilang bekerja untuk cari makan, dan ada juga bahwa bekerja adalah ibadah.

Dari jawaban yang beragam tersebut tidak ada yang salah apa yang mereka ucapkan, akan tetapi dalam memaknai kata bekerja  sebagian besar manusia masih banyak memaknai arti kata bekerja dengan salah pengertian tanpa mendalami apa sesungguhnya bekerja itu…..

BEKERJA   =          MELAYANI         =           MENGHASILKAN

Sesungguhnya inti dari bekerja adalah harus melayani apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan tersebut, dalam melayani kita harus bisa menerima bukan hanya yang baik akan tetapi dengan segala kekurangan, kritik, omelan , caci maki, dan lain sebagainya demi kepuasan orang lain atau pelanggan ( customer satisfaction ) dan setelah itu penghasilan yang akan diterima setelah kepuasan pelanggan dilayani.

Seperti contoh sehari-hari yang terjadi.

“ John saya pesan mie ayam jangan pakai sambal, sausnya sedikit dan pakai daun bawang. Tolong antar ke lantai 3.

5 menit kemudian .

Tibalah mie ayam saya dengan pesanan yang berbeda, pakai sambal,sausnya banyak terus tanpa daun bawang. “ complain yang saya lontarkan. “ saya ingin sesuai pesanan.

Akhirnya datang lagi yang saya harapkan walaupun sedikit lama sekitar 10 menit karena banyak pesanan dan cukup sesak juga nafasnya karena harus turun naik dari lantai 1 ke lantai 3, langsung saya bayar tanpa menyantapnya dahulu. Karena saya berfikir bahwa yang saya pesan sudah sesuai dengan selera.





Bila kita amati hanya untuk seporsi mie ayam dengan harga 5 Ribu Rupiah, John tukang mie ayam harus rela berjuang menaiki anak tangga dari lantai 1 sampai dengan lantai 3 ditambah dengan complain yang dia terima demi kepuasan pelanggan yang akhirnya berbuah manis karena dia telah menerima uang untuk harga mie ayam tersebut.



Lantas bagaimana dengan keseharian kita.

Apakah kita sudah melayani dan memuaskan pelanggan baik  internal ( lingkup perusahaan ) atau eksternal .



Mulailah benahi perubahan tersebut.

Cerita adik dan kakak

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan diriku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!
"Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!

"Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung.Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.

Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman,menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya merengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil >yangbegitu baik..."Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya?Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah,saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya."Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimkanmu uang."Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.

Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) .

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, " Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? "Aku merasa tersentuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. ..

"Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku."Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..

"Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus,seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya."Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya."Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi,batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya,dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berkali-kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga,mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah disini."

"Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel,ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya."Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan menjadi buah bibir orang?

"Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"Mengapa membicarakan masa lalu?"Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.

"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku.Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih kepadanya adalah adikku."Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

"When life gives you a hundred reasons to cry, show life that you have a THOUSAND reasons to smile

Belajar arif dari sebuah Emas

Seorang pemuda mendatangi seorang sufi dan bertanya, “ Guru saya tak mengerti mengapa orang seperti anda mesti berpakaian apa adanya seperti ini, amat sangat sederhana.  Bukankah dimasa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya penampilan tetapi untuk banyak tujuan lain.



Sang Sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya lalu berkata.” Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lakukan dahulu satu hal untukku, ambilah cincin ini dan bawalah ke pasar seberang sana, Bisakah kamu menjualnya seharga “”Seratus Ribu Rupiah”” ?



Melihat cincin sang Guru yang kotor, pemuda tadi merasa ragu “ Seratus Ribu Rupiah” ? saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu…



“ Cobalah dahulu sobat muda siapa tahu kamu berhasil “



Pemuda itu bergegas ke pasar. Ia lalu menawarkan kepada pedagang kain, pedagang sayur,penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata tak seorangpun berani membeli dengan harga yang dimaksud. Mereka hanya menawar hanya sebesar Tiga Puluh Ribu sampai Lima Puluh Ribu, dan tentu saja pemuda tersebut tidak berani menjualnya. Ia lalu kembali ke padepokan dan melapor “ Guru, tak seorang pun berani membeli dengan harga Seratus Ribu, mereka hanya menawar sebesar Tiga Puluh sampai Lima Puluh Ribu saja.”



Sambil tersenyum sang Sufi yang Arif berkata “ Sekarang Cobalah kamu pergi ke toko Emas dibelakang jalan ini, coba kamu perllihatkan kepada pemilik toko  atau penjual Emas dan jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberi penilaian.”



Pemuda itu lalu pergi ketoko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada sang Sufi dengan raut wajah yang lain, ia kemudian melapor “ Guru, ternyata para pedagang dipasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas yang aku tawarkan ternyata berani menawar dengan harga tinggi yaitu “ Satu Juta Rupiah.”



Rupanya harga cincin ini Dua puluh kali lipat lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang dipasar.



Sang Sufi tersenyum sambil berujar Lirih “ Itulah jawaban atas pertanyaan mu tadi sobat muda. Seseorang tidak dinilai dari pakaiannya. Tergantung kita menempatkannya dari sudut pandang mana.



“ Emas dan Permata yang ada didalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa, diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses.” “” Wahai sobat mudaku, kita tidak bisa menilai hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas, seringkali yang disangka Emas ternyata Loyang dan yang kita lihat Loyang ternyata sebuah Emas..”””

Cermin Anak

Suatu ketika disebuah sekolah, diadakan pementasan drama. Pentas drama yang meriah dengan pemain yang semuanya siswa-siswi disana, setiap anak mendapat peran dan memakai kostum sesuai dengan tokoh yang mereka perankan, semuanya tampak serius sebab pak guru akan memberikan hadiah kepada anak yang tampil terbaik dalam pementasan.

Didepan panggung semua orang tua murid ikut hadir dan menyemarakan acara itu.

Lakon drama berjalan dengan sempurna. Semua anak tampil dengan maksimal, ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya. Ada juga yang menjadi nelayan lengkap dengan jala yang disampirkan dibahu. Disudut sana tampak pula seorang anak dengan raut ketus, sebab dia  kebagian peran. Pak tua yang pemarah, disudut lain ada seorang anak dengan muka sedih, layaknya pemurung yang sedang menangis.



Tepuk tangan dari orang tua dan guru kerap terdengar disisi kanan dan kiri panggung.



Tibalah kini akhir dari pementasan drama, dan itu berarti saatnya pak guru mengumumkan siapa yang berhak mendapatkan hadiah, setiap anak berdebar dalam hati,

Berharap mereka terpilih menjadi pemain drama terbaik, didalam hati mereka komat-kamit berdoa supaya Pak Guru menyebutkan nama mereka, dan mengundang keatas panggung agar diberikan hadiah, para orangtua pun ikut berdoa membayangkan anak mereka menjadi yang terbaik.



Pak Guru telah menaiki panggung dan menyebutkan sebuah nama..Ahha.. ternyata anak yang memerankan tokoh Pak Tua yang pemarah yang menjadi Juara. Dengan wajah yang berbinar anak itu sorak gembira.” Aku menang “ ucapnya sambil berteriak. Ia pun bergegas naik keatas panggung didampingi oleh kedua orangtuanya yang tampak bangga.

Tepuk tangan terdengar lagi, sang orangtua menatap sekeliling, menatap keseluruh hadirin dengan bangganya.



Pak Guru menyambut mereka,sebelum menyerahkan hadiah. “ ia sedikit bertanya kepada sang “ jagoan “ Nak, kamu memang hebat, pantas untuk mendapatkannya, Peranmu sebagai seorang yang pemarah memang bagus sekali, Apa rahasianya yach..sehingga kamu bisa tampil sebagus ini ? kamu pasti rajin mengikuti latihan, tak heran jika kamu terpilih menjadi yang terbaik..” Tanya pak Guru, “coba ceritakan kepada kami semua, apa yang bisa membuat kamu seperti ini..”



Sang Anak menjawab “ Terima Kasih atas hadiahnya Pak,

Dan sebenarnya saya harus berterima kasih kepada Ayah saya dirumah, karena dari Ayah lah saya belajar berteriak dan menjadi Pemarah. Kepada Ayah lah saya meniru perilaku seperti ini. Ayah sering berteriak kepada saya, maka bukan hal yang sulit untuk menjadi Pemarah seperti Ayah.



Tampak sang Ayah mulai tercenung, sang anak mulai melanjutkan, “… Ayah membesarkan saya dengan seperti ini,..Jadi peran yang saya mainkan sangat mudah buat saya…”



Senyap, usai bibir anak itu terkatup, keadaan tambah senyap.  Begitupun kedua orangtua sang anak diatas panggung mereka tampak tertunduk, jika sebelumnya mereka sangat bangga, kini keadaannya berubah. Seakan mereka berdiri sebagai terdakwa dimuka pengadilan.

Mereka belajar sesuatu dihari itu, ada yang perlu diluruskan dalam perilaku mereka.

BEKERJA UNTUK DIRI SENDIRI

Keberhasilan yang diraih atau kegagalan yang menimpa dapat ditelusuri jauh kedalam diri,karena andalah yang menentukan jalan semua ini bukan orang lain.  Hanya saja banyak orang tidak mau tanggung jawab itu karena bagi mereka mempertanggung jawabkannya adalah beban.  Padahal tak seorang pemimpin pun tak merasakan kebebasan setelah berani mempertanggung jawabkan kepemimpinannya.  Dan tanggung jawab tertingi untuk mencapai kebebasan murni adalah tanggung jawab atas diri sendiri.



Amatilah pikiranmu karena akan menjadi ucapanmu,amatilah ucapanmu karena akan menjadi tindakanmu dan amatilah tindakanmu karena akan menjadi nasibmu.

Ada seorang teman mengeluh tentang anak lelakinya yang usianya menginjak 23 tahun, setelah lulus kuliah hari-harinya dihabiskan untuk makan, tidur dan main keluar rumah sampai larut malam bahkan kadang pulang sampai subuh.  Bergagai upaya mulai dari nasehat sampai ocehan yang keluar dari mulut mereka agar anaknya mulai memikirkan pekerjaan.

“ Mas, tolong dong harus bagaimana lagi saya dan bapaknya nasehatin agar anak itu mau tergerak hatinya mau bekerja minimal tidak menganggur seperti ini.” Cerita ibunya dalam telephone.

“ baik insya Allah lusa saya akan mampir silaturrahmi ke rumah ibu.” Jawab saya.

Rapat internal terjadi antara saya dan kedua oarng tua serta anaknya ikut hadir.

“ Ini mas, coba lihat sudah besar begini maunya disuapin orangtua terus, kalau sudah begini bapaknya anak-anak kan salahinnya saya, yang ngga becus didik anak.” Kata si ibu

“ lah tugas saya kan cari duit, kerja buat kalian semua benar tidak mas,” tegas si bapak meminta penguatan pembenaran kata-katanya kepada saya.

Saya hanya diam saja, Nampak protes dari mereka dengan aksi saya.

“ Ini yang mau dibahas tentang anak ibu atau mau cari kebenaran masing-masing sich.” Saya mulai reaksi.

“ “ Ibu dengan pekerjaan dan tugasnya sudah benar dan bapak juga sudah benar, hanya saja tugas dan tanggung jawab tersebut harus bersama-sama, dimonitor, di arahkan dan dibicarakan satu sama lain apa saja kekurangan dari tanggung jawab tesebut.””

Mereka terdiam.

“Ibu bilang kepada saya kemarin ditelephone, kerja si Beno hanya makan, main dan tidur. Padahal sesungguhnya Beno itu sedang kerja, hanya saja kerja buat dirinya sendiri bukan untuk orang lain.”

“ Maksudnya mas apa nich.”  Kata Bapaknya Beno

“ Begini pak, kenapa Beno kerja untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain karena makna bekerja adalah melayani baru menghasilkan.  Seperti ibu bilang “beno kerjanya hanya tidur.” Sesungguhnya beno sedang bekerja bu, kerjanya ya tidur itu, untuk melayani ya melayani dirinya sendiri dan menghasilkan yaitu menghasilkan air liur ( iler ) dan mimpi untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain.”

Dan lantas yang diinginkan Ibu dan bapak kan, Beno harus bekerja dan meghasilkan sesuatu untuk masa depannya.

Karena bekerja sesunggguhnya adalah melayani dahulu, dalam melayani  pasti banyak menemui kritik, berupa ketidak puasan dan lain sebagainya dan bilamana ketidak puasan itu diterima dan di perbaiki agar orang lain puas maka orang tersebut akan memberikan sesuatu atas pelayanan tersebut. Ini yang dinamakan menghasilkan.    

Seperti tukang baso yang berada didepan rumah itu, dia harus melayani orang yang memesan bilamana ada yang kurang pasti orang tersebut akan bilang, “ sausnya kebanyakanlah, kurang garamlah, atau kurang pedas.” Itu harus diterima oleh si tukang baso demi pelanggannya puas dan setelah itu pasti akan dibayar.

“ Apakah Beno sudah siap untuk kerja.” Kata saya yang ditujukan ke Beno.

“ Beno sudah siap Om.”

Sebelum Beno siap kerja diluar, Beno benahi dahulu pekerjaan internal dirumah ini buat dasar latihan melayani orang lain. Layani kedua orang tua mu dan adik-adikmu jangan sungkan bila mana ada yang harus kamu kerjakan lakukanlah seperti menyapu, cuci baju sendiri, genteng bocor  dan lainnya.  Karena dengan bekal itu bisa kamu bawa untuk kerja diluar.( bentengi diri dahulu )



Akan halnya seperti kita masih sekolah dulu, orang tua, guru hanya memberi support dan jalan untuk langkah kita selanjutnya, tetapi untuk bisa melangkah atau naik kelas kita sendirilah yang bertanggung jawab.



Setelah seminggu berlalu dapat khabar perubahan terjadi pada Beno.

MEMBELI WAKTU

Gaji Papa Berapa?

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya.

Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew

Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

"Tapi Papa..."

Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew.

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau
sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga.
Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp. 15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya





Pantaskah anda mengeluh? Padahal anda telah dikaruniai sepasang lengan yang kuat untuk mengubah dunia. Layakkah anda berkeluh kesah? Padahal anda telah dianugerahi kecerdasan yang memungkinkan anda untuk membenahi segala sesuatunya.

Apakah anda bermaksud untuk menyia-nyiakan semuanya itu? lantas menyingkirkan beban dan tanggung jawab anda? Janganlah kekuatan yang ada pada diri anda, terjungkal karena anda berkeluh kesah. Ayo tegarkan hati anda. Tegakkan bahu. Jangan biarkan semangat hilang hanya karena anda tidak tahu jawaban dari masalah anda tersebut.

Jangan biarkan kelelahan menghujamkan keunggulan kamu. Ambillah sebuah nafas dalam-dalam. Tenangkan semua alam raya yang ada dalam benak anda. Lalu temukan lagi secercah cahaya dibalik awan mendung. Dan mulailah ambil langkah baru

Cinta seorang Ibu

Alkisah disuatu desa ada seorang ibu yang sudah tua hidup berdua dengan anak laki-laki satu-satunya.  Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.



Sang ibu seringkali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.  Adapun anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu Ayam dan banyak lagi yang membuat si Ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun begitu si ibu selalu berdoa kepada Tuhan, “ Tuhan tolong Kau sadarkan anakku yang kusayangi, supaya Ia tidak berbuat dosa lebih banyak lagi, Aku sudah tua dan ingin menyaksikan ia bertobat sebelum aku mati.”



Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya. Sudah sangat sering ia masuk keluar Bui karena kejahatan yang dilakukannya.



Suatu hari ia kembali mencuri dirumah penduduk desa, namun malang nasibnya akhirnya ia tertangkap oleh penduduk yang kebetulan lewat, kemudian ia dibawa kehadapan sang Raja untuk diadili sesuai dengan kebiasaan di kerajaan tersebut. Setelah ditimbang sesuai dengan tabiat kebiasaannya suka mencuri, maka tanpa ampun lagi sianak di jatuhi hukuman Pancung. Pengumuman hukuman itu disebarkan keseluruh pelosok desa, hukuman pancung akan dilakukan keesokan harinya didepan rakyat desa dan kerajaan tepat pada saat lonceng kuil berdentang menandakan jam enam pagi.



Berita hukuman itu sampai juga ke telinga sang ibu,dia menangis, meratapi anak yang dikasihinya, sembari berlutut dia berdoa kepada Tuhan, “ Tuhan ampunilah anak hamba, biar hamba yang menanggung segala dosa dan kesalahannya.” Dengan tertatih-tatih dia mendatangi Raja dan berlutut memohon supaya anaknya dibebaskan.  Keputusan itu sudah bulat sianak tetap harus menjalani hukuman.

Dengan hati hancur si ibu kembali ke rumah, tidak berhenti dia berdoa kepada Tuhan supaya anaknya diampuni..



Keesokan harinya penduduk berbondong-bondong sudah berkumpul ditempat eksekusi hukuman pancung. Sang Algojo sudah siap dengan alat pancungnya,sianak sudah tak berdaya dan pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang dimatanya wajah ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis menyesali perbuatannya.



Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba, sampai waktu yang ditentukan lonceng kuil belum juga berdentang, susanana mulai berisik sudah lima menit berlalu lonceng tersebut belum juga berbunyi, akhirnya disuruhlah salah satu prajurit  untuk menemui sang petugas kuil tersebut, dia menanyakan kenapa lonceng tersebut tidak berbunyi,” sang petugas juga tampak heran, sedari tadi dia sudah menarik tali lonceng tetapi…tiba-tiba dari tali tersebut menetes darah yang membasahi tangan si petugas,darah tersebut menetes sangat deras mulai dari atas lonceng diikat.

Seluruh penduduk ramai mendatangi dan berdebar apa sebenarnya yang terjadi dan beberapa orang naik keatas untuk menyelidiki ?



Ternyata didalam lonceng besar itu ditemui tubuh si Ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah, Dia memeluk bandul didalam lonceng yang mengakibatkan lonceng tidak berbunyi, sebagai gantinya kepalanyalah yang terbentur kedinding lonceng.

Seluruh Orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan airmata, sementara si anak meraung-raung memeluk dan menangisi tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Dia menyesali dirinya yang sudah menyusahkan Ibunya.

Ternyata malam itu setelah berdoa si ibu dengan susah payah memanjat dan naik keatas tempat lonceng itu berada dan mengikatkan dirinya ke dalam lonceng tepat di besi badul tersebut.dengan alasan agar lonceng itu tidak berbunyi pada saat eksekusi jam enam pagi demi ingin menyelamatkan anaknya dari hukuman pancung.



Demikianlah, sangat jelas kasih seorang Ibu untuk anaknya, betapapun jahatnya si anak seorang ibu tak akan rela anaknya terluka, karena Dialah yang melahirkan dan merawat dengan penuh pengorbanan siang dan malam, walaupun dikemudian hari terkadang sumpah serapah, caci maki  terlontar untuk dirinya dari si Anak.



Marilah kita mengasihi orang tua kita masing-masing selagi kita masih mampu karena mereka, kita bisa berada didunia dan  menjadi khalifah.di alam ini.

WARISANKU DARI KECIL

Saya hidup dari keluarga menengah, ayahku seorang pelaut diperusahaan BUMN, beliau pulang bisa 6 bulan, 1 tahun bahkan bisa mencapai 2 tahun.

Sepintas pekerjaan tersebut seperti biasa saja tetapi bagiku pekerjaan beliau sangat mulia, karena saya menilai bahwa sebagai seorang pelaut harus mempunyai jiwa dan perasaan yang luar biasa, siap meninggalkan anak dan istri yang cukup lama dan harus siap menghadapi ombak dan gelombang kehidupan yang nyata dalam kesehariannya.

Sebelum berangkat untuk pergi berlayar, banyak persiapan yang beliau berikan kepada keluarga ini salah satunya adalah saya, karena saya adalah anak lelaki satu-satunya dari lima kakak perempuan dan satu adik perempuanku.  Beliau selalu memberikan warisan berupa amanah kepada saya untuk menjaga keluarga ini serta sebuah peti kayu yang berisi peralatan perkakas seperti gergaji, palu / martil, obeng dan lain sebagainya.

Warisan amanah itu adalah

“ Kamu harus menjaga Ibu, kakak serta adik kamu selama saya tidak dirumah, jaga harga diri dan kehormatan mereka sebagai perempuan, lakukan apa saja oleh kamu bila itu benar  terhadap mereka.”

Dan warisan yang kedua adalah

“ Peralatan ini adalah sarana untuk menjadikan tangan  kamu untuk bekerja, lakukan bila ada yang harus kamu lakukan dirumah ini.”

Itulah momen dimana setiap Ayahku akan berangkat bekerja, biasanya setelah pulang beliau akan bertanya apa saja yang terjadi pada saat beliau tidak ada, sebelum beliau memberikan hadiah atau sesuatu.  Dan tak lupa biasanya beliau menanyakan pertanggung jawaban dari masing-masing keluarga ini.

Ayahku berasal dari propinsi Kalimantan, sebelum beliau menjadi pelaut baground beliau adalah seorang Guru ditempat beliau tinggal, karena satu hal akhirnya mendaftarkan diri menjadi TNI yang ditugaskan Ke Jakarta, Bandung, dan daerah lainnya sebagai tugas pengabdian terhadap Negara.  Setelah menikah dengan Ibuku dan mempunyai beberapa anak, akhirnya Beliau hijrah dan mengabdi menjadi pelaut.

Warisan yang ku sebutkan tadi mungkin sebagian orang menganggap tidak berarti, tetapi bagi saya itu adalah sebuah warisan yang sangat berharga dibanding dengan warisan berupa materi, karena dari bekal hal tersebut sebuah motivasi dan pembelajaran yang saya dapat bahwa untuk dijadikan bekal hidup saya dimasa akan datang.

Warisan yang sering saya dapat dari nasehatnya adalah bahwa kita jangan tergantung dengan orang lain, sikap perduli ditanamkan, sikap jangan pantang menyerah, gunakan tanganmu untuk bekerja melayani orang lain. Sebelum kamu melayani orang lain, layani dahulu dirimu sendiri.



Perjuangan hidup yang beliau alami ditanamkan kepada keluarga khususnya saya sebagai laki-laki, bahwa langkah seorang lelaki harus panjang karena selain menjadi imam pertanggung jawaban untuk dunia dan akherat harus dipikul dipundaknya.

sebelum Ayah saya meninggal dunia, beliau sempat mengajak saya untuk pulang ke kampung halamanNya.

“ Kalau kamu ingin warisan, coba kamu lihat sekitar kamu !, apakah kita pantas mengambil dari mereka, yang setiap hari mengurusnya adalah mereka, sementara kita yang jauh dan datang dengan tiba-tiba ingin mengambil dan meminta jatah kita.”

“ Jangan kamu tergantung dari harta ini, kamu harus berusaha sendiri dengan tangan dan otakmu, karena meninggalkan materi akan habis bahkan bisa menjadi perpecahan satu sama lain.”



Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkwalitas.



Dari bekal motivasi beliau banyak hal yang bisa saya dapat dan lakukan sekarang.

Terima kasih Ayah “ YOU ARE MY BEST.”

Keberhasilan tak diperoleh begitu saja

Keberhasilan tak diperoleh begitu saja. Ia adalah buah dari pohon kerja keras yang berjuang untuk tumbuh. Jangan terlalu berharap pada kemujuran. Apakah kalian tahu apa itu kemujuran? Apakah kalian dapat mendatangkan kemujuran sesuai keinginan kalian? Padahal kita tahu, kita tak selalu mampu menjelaskan dari mana datangnya.

Sadarilah bahwa segala sesuatu berjalan secara alami dan semestinya. Layaknya proses mendaki tangga, kalian melangkahkan kaki kalian melalui anak tangga satu per satu. Tak perlu repot-repot membuang waktu kalian untuk mencari jalan pintas, karena memang tak ada jalan pintas. Sesungguhnya kemudahan jalan pintas itu takkan pernah memberikan kepuasan sejati. Untuk apa kalian berhasil jika kalian tak merasa puas?

Hargailah setiap langkah kecil yang membawa anda maju. Janganlah melangkah dengan ketergesaan, karena ketergesaan adalah beban yang memberati langkah saja.

Amatilah jalan lurus kalian. Tak peduli bergelombang maupun berbatu, selama kalian yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah terus. Ketahuilah, jalan yang tepat itu adalah jalan yang menuntun kalian menjadi diri kalian sendiri.

PERUBAHAN

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11




Samuel Smiles mengawalinya dengan gagasan atau pikiran. Tanamlah gagasan, petiklah tindakan. Tanamlah tindakan, petiklah kebiasaan. Tanamlah kebiasaan, petiklah watak. Tanamlah watak, petiklah nasib. Dimulai dari gagasan yang diwujudkan dalam tindakan, kemudian tindakan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan berkali-kali akan menjelma menjadi watak, dan watak inilah yang akhirnya mengantarkan kita kepada nasib. Jadi nasib kita, kita sendirilah yang menentukan. Nasib
kita ada di tangan kita.
Dahulu, ada seorang jenderal dari negeri Tiongkok kuno yang mendapat tugas untuk memimpin pasukan melawan musuh yang jumlahnya sepuluh kali lipat lebih banyak. Mendengar kondisi musuh yang tak seimbang, seluruh prajuritnya gentar, kalau-kalau mereka akan menderita kekalahan. Dalam perjalanan menuju medan perang, sang Jenderal berhenti di sebuah altar vihara. Ia melakukan sembahyang dan berdoa meminta petunjuk para dewa. Sedangkan rajuritnya menanti di luar vihara dengan harap-harap cemas. Tak lama kemudian, sang jenderal keluar dari vihara.Ia berteriak pada seluruh pasukannya, ‘Kita telah mendapat petunjuk dari langit’. Lalu ia mengeluarkan koin emas simbol kerajaan dari sakunya. Sambil mengacungkan koin itu ke udara ia berkata, ‘Sekarang, kita lihat apa kata nasib. Mari kita adakan toss. Bila kepala yang muncul maka kita akan menang. Tapi bila ekor yang muncul, kita akan kalah. Hidup kita tergantung pada ‘. Jenderal lalu melempar koin emas itu ke udara. Koin emas pun berputar-putar di udara. Lalu jatuh berguling-guling ditanah. Seluruh pasukan mengamati apa yang muncul. Setelah agak lama menggelinding ke sana-kemari, koin itu terhenti. Dan yang muncul adalah KEPALA. Kontan seluruh pasukan berteriak kesenangan. ‘Hore! Kita akan menang. Nasib berpihak pada kita! Ayo, serbu dan hancurkan musuh. Kemenangan sudahlah pasti.’ Dengan penuh semangat sang Jenderal dan pasukannya bergerak menuju medan perang. Pertempuran berlangsung sangat sengit. Dengan bekal keyakinan dan tekad baja akhirnya musuh yang tak terhingga banyaknya dapat dikalahkan. Jenderal dan seluruh pasukannya betul-betul senang. Seorang prajurit berkata,’Sudah kehendak langit, maka tak ada yang bisa mengubah nasib’.Sesampai di ibu kota mereka disambut meriah oleh seluruh penduduk. Raja pun terkagum-kagum mendengar kisah peperangan yang dahsyat itu. Beliau bertanya pada sang Jenderal, bagaimana ia mampu mengobarkan semangat pasukannya hingga begitu gagah berani. Sang Jenderal kemudian menyerahkan koin emasnya pada Raja sambil berkata, ‘Paduka, inilah yang memberikan mereka nasib baik’. Raja menerima dan mengamati koin emas itu yang ternyata kedua sisinya bergambar KEPALA.
Allah akan mengubah nasib ketika kita berusaha maksimal untuk mewujudkan keinginan kita. Berusaha mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. karena rizki dan pertolongan Allah datang dari tempat yang tidak kita duga-duga.
Kita dapat mensugesti alam bawah sadar kita agar alam bawah sadar kita yang bekerja untuk mewujudkan keinginan kita. karena alam bawah sadar menyimpan energi sebesar 88% yang tidak kita gunakan.

PENCAPAIAN MAKSIMAL

Setiap orang mendambakan masa depan yang lebih baik ; kesuksesan dalam karir,
rumah tangga dan hubungan sosial, namun seringkali kita terbentur oleh berbagai
kendala. Dan kendala terbesar justru ada pada diri kita sendiri.
Melalui karyanya, Joel Osteen menantang kita untuk keluar dari pola pikir yang
sempit dan mulai berpikir dengan paradigma yang baru.

Ada 7 langkah agar kita mencapai potensi hidup yang maksimal :

* Langkah pertama adalah perluas wawasan.

Anda harus memandang kehidupan ini  dengan mata iman, pandanglah dirimu sedang melesat ke level yang lebih tinggi.
Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan Anda raih.
Gambaran ini harus menjadi bagian dari dirimu, didalam benakmu, dalam percakapanmu,
meresap ke pikiran alam bawah sadarmu, dalam perbuatanmu dan dalam setiap
aspek kehidupanmu.

* Langkah ke dua adalah mengembangkan gambar diri yang sehat.

 Itu artinya Anda harus melandasi gambar dirimu diatas apa yang Tuhan katakan tentang Anda.
Keberhasilanmu meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana Anda memandang
dirimu sendiri dan apa yang Anda rasakan tentang dirimu. Sebab hal itu akan menentukan
tingkat kepercayaan diri Anda dalam bertindak. Fakta menyatakan bahwa Anda tidak akan
pernah melesat lebih tinggi dari apa yang Anda bayangkan mengenai dirimu sendiri

* Langkah ke tiga adalah temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataanmu.

Target utama serangan musuh adalah pikiranmu. Ia tahu sekiranya ia
berhasil mengendalikan dan memanipulasi apa yang Anda pikirkan, maka ia
akan berhasil mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupanmu.
Pikiran menentukan prilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan.
Alquran memperingatkan kita untuk senantiasa menjaga pikiran.

* Langkah ke empat adalah lepaskan masa lalu, biarkanlah ia pergi...

Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya
dalam hidup ini. Jika Anda ingin hidup berkemenangan , Anda tidak boleh memakai
trauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini.
Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap burukmu
selama ini, atau membenarkan tindakanmu untuk tidak mengampuni seseorang.





* Langkah ke lima adalah temukan kekuatan di dalam keadaan yang paling buruk sekalipun

Kita harus bersikap :" Saya boleh saja terjatuh beberapa kali dalam hidup ini, tetapi
tetapi saya tidak akan terus tinggal dibawah sana." Kita semua menghadapi
tantangan dalam hidup ini . KIta semua pasti mengalami hal-hal yang datang
menyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan dari luar, tetapi kunci untuk hidup
berkemenangan adalah belajar bagaimana untuk bangkit lagi dari dalam.


* Langkah ke enam adalah memberi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar

yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri.
Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita,
Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahanNya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita,
namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri.
Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkan
apabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain.

* Langkah ke tujuh adalah memilih untuk berbahagia hari ini.

Anda tidak harus menunggu
sampai semua persoalanmu terselesaikan. Anda tidak harus menunda kebahagiaan
sampai Anda mencapai semua sasaranmu. Tuhan ingin Anda berbahagia apapun kondisimu,
sekarang juga !

MOTIVASI DIRI

Adalah keliru menuntut orang lain memotivasi anda.  Tak seorangpun bertanggung jawab atas timbul tenggelamnya motivasi itu didalam diri anda, melainkan anda sendiri

Orang tua, atasan serta pidato para motivator yang menggebu-gebu, program pelatihan yang menggairahkan atau pernyataan-pernyataan visi dengan kalimat yang indah, semua itu hanya usaha mengetuk pintu motivasi diri anda, bila anda tak berkenan membukanya dengan gedoran sekeras apapun takkan berguna.  Karena andalah yang bertanggung jawab atas perjalanan karir dan hidup anda, maka bangunlah, bangunkan diri anda sendiri.



Anda pun tidak bertanggung jawab pada naik turunnya motivasi orang lain, karena anda tidak selalu tahu apa harapan mereka.  Motivasi selalu bertalian dengan harapan, sediakan tempat bagi mereka untuk memenuhi harapan bersama antara anda dan mereka.  Kemudian bekerjalah bahu membahu untuk mewujudkannya.

Motivasi bisa muncul darimana saja dari kegembiraan, ketakutan, kegagalan bahkan kesedihan.

Bila anda seorang pekerja, mulailah dari apa yang menjadi tujuan anda bekerja.



Karena tingkat kesuksesan anda tergantung dari satu orang, yaitu anda sendiri.  Apa yang mampu anda kerahkan dalam hidup, adalah apa yang akan anda dapat dari hidup karena anda tidak bisa meminjam atau mencuri dari kesuksesan orang lain, memang orang lain dapat memberikan dorongan atau support, tetapi yang dapat memicu terjadinya motivasi dalam diri yaitu diri sendiri.

Anda tidak perlu menjadi orang lain untuk dapat membuat dunia berbeda, setiap orang punya cara sendiri-sendiri untuk memicunya.



Apakah anda tertarik untuk memotivasi diri sendiri, maka siapkan hasrat untuk perubahan karena dunia akan memberikan jalan.

KULIAH GRATIS

Banyak komentar dari pertanyaan tersebut.

“ Masa sich mas ada kuliah yang gratis, lah wong anakku masuk sekolah PAUD saja bayar.”

“ Mungkin dapat bea siswa kali yach.”

“ Mana ada yang gratis untuk pendidikan, mau ke toilet umum saja bayar.”



Begitulah kira-kira sebagian orang menanggapinya, sepenggal kata tersebut membuat mereka berfikir bahwasannya kuliah identik dengan perguruan tinggi, biaya yang mahal, lulus kuliah harus bekerja dan masih banyak lagi pemikiran-pemikiran tentang hal tersebut.

Sebenarnya Jujur saya katakan bahwasannya pemikiran mereka benar adanya, mereka menyebutnya dengan bilangan dan pemikiran secara materi dan formal diatas pendidikan.

Akan tetapi yang saya maksudkan dengan kuliah gratis bukan secara formal dengan pendidikan dibangku atau pun secara nyata duduk disekolahan, kuliah gratis yang saya maksud dengan sebenarnya yaitu kita bisa belajar secara alami dan terbuka dimana saja tanpa biaya sepeserpun, belajar dipasar, belajar dijalan, belajar dikantor,dirumah bahkan dimanapun anda berada.

“ lah kok bisa mas. “ Tanya teman saya.

“ lah wong ular saja ada bisanya.” Canda saya.

Maksud saya adalah kuliah bukan sebenarnya kuliah yang kamu bayangkan. Kuliah yang saya artikan disini bahwasannya kita bisa berlajar dari setiap manusia, dari alam bahkan dari binatang, yang banyak orang sebut dengan nama otodidak, seperti bagaimana menjadi berhasil dalam pekerjaan, bagaimana bisa menjadi sekarang, bagaimana kamu melakukan apa yang orang lain tidak bisa dan kamu bisa lakukan dan banyak hal dalam keseharian yang bisa dijadikan pelajaran.

Terinspirasi dari Thomas alpha Edison, bahwasannya untuk menciptakan bola lampu saja uji coba yang dilakukan bukan hanya 1 atau sampai 10 kali, beliau melakukan uji coba sampai dengan angka berkali-kali, minta pendapat dari teman bahkan dari orang yang tidak dikenalnya.

“ Mas aku minder deh dengan teman dikantor dan dilingkungan saudara-saudaraku, dengan keterbatasan aku yang cuma tamat sampai dengan SLTA.”  Tanya temanku mencoba mencari jawaban atas kegelisannya.

“ Mindernya karena apa ? karena kamu bukan lulusan kuliahan.” Tanya saya.

“ Betul Mas.” Jawab temanku lagi.

“ Kamu tidak usah minder dengan masalah status kamu, yang terpenting niatkan saja dahulu keinginan kamu untuk kuliah, rubah paradigma pemikiran kamu jadikan dan percaya dengan dirImu bahwa kamu sebenarnya anak kuliahan, jangan biarkan dirimu menjadi kecil karena hanya dengan selembar kertas status kesarjanaan, sekarang kamu bekerja dengan status ijazah SLTA rubah kualitas kamu sekarang dengan kerangka mental dan moral anak kuliahan, jika kamu bisa merubah semua itu kwantitas kamu akan berubah, mudah-mudahan dipertengahan jalan dengan niat akan tercapai.”

Belajar dari keseharian dimanapun berada jadikan penglihatan, pendengaran kita untuk mendapatkan kuliah secara alami yang mungkin tanpa kita sadari bahwa sebenarnya itu adalah guru dan bekal pembelajaran untuk kita maknai dan artikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menjadi MURAHAN atau MAHAL.

Terinspirasi dari cerita seorang Ibu di tempat warung makan khas sumatera barat, pada saat itu saya bersama isteri dan anak sedang menunggu pesanan makan siang.  Tidak sengaja saya mendengar percakapan mereka yang ternyata seorang Ibu sedang memarahi anaknya  gadis dengan usia kira-kira 19 tahun dengan masih memegang sendok dan garpu, sepertinya itu suapan ke mulut yang terakhir, batinku.

“ Kamu bagaimana sich, jadi anak kok murahan banget.

“ Siapa yang murahan bu, saya kan pergi  ke rumah teman itu aja kok.

“ Bohong kamu, setiap hari ada saja tetangga yang laporan ke Ibu, kamu sering pergi dan datang kerumah  cowok yang ngga jelas itu..kamu tuh sadar seharusnya kamu bisa jaga kehormatan kamu sebagai wanita, bukan pergi ngga jelas gitu.!”

Si Anak bukannya mendengar dan menerima apa yang barusan di perintahkan oleh Ibunya, melainkan pergi begitu saja dengan sedikit ngedumel, “ Dasar orang tua Kuno, ngga tahu jaman anak muda sekarang.”

Ibu nya mendengar umpatan si anak hanya mengusap dada dan berucap, “ Ya Allah ternyata dunia dan jaman sudah terbalik.” 



Sepulangnya  dari  tempat  makan tersebut,   ditengah jalan isteri saya sedikit komentar

 “ Dasar Durhaka tuh Anak, belum tahu aja nanti kalau sudah menikah dan punya anak, biar tahu rasa ngelahirin anak tuh susah dan sakit taruhannya nyawa. “



Dari hal tersebut diatas, otak saya merekam semuanya sambil coba menganalisa untuk membuat sebuah kesimpulan dalam diri saya.



Murah = Murahan.

Barangkali bila kita bisa melihat disekitar kita untuk mencari contoh atau gambaran tentang apa kata Murah.

Hampir kita sering melihat atau belanja disebuah toko antara yang berada di Etalase dengan yang berada diluar etalase ( di pajang  diluar),  mungkin sepintas harga dan kualitas hampir sama, tetapi bila diamati lebih seksama terdapat perbedaan yang sangat jauh. Bilamana yang dipajang bisa dipegang, diraba, dicium atau dirasakan dengan panca indra, maka sangat wajar barang tersebut bila di nilai harganya sampai sangat murah, akan tetapi bilamana yang berada di etalase hanya pengamatan mata saja yang bisa di nikmati, bila semakin dinikmati rasa penasaran akan tercipta dalam diri kita untuk bertanya tentang harga barang tersebut bahkan semakin keinginan kuat untuk membeli walaupun dengan harga yang mahal sekalipun.

Bagaimana dengan ucapan Ibu tadi yang mengatakan bahwa anaknya Murahan.

Kodrat wanita adalah harus menjaga kehormatan dirinya, bukan hanya kehormatan secara fisik akan tetapi kehormatan harga diri sebagai wanita, karena semakin dijaga dengan baik kehormatannya, maka semakin MAHAL  harga diri wanita tersebut, bukan menjadi MURAHAN yang bisa di obral kemanapun. Dan untuk menjadi mahal yang pasti butuh pengorbanan.

Lantas siapa yang menjadikan harga diri dan kehormatan itu menjadi MAHAL  atau MURAHAN.

Jawabnya Ya wanita itu sendiri yang tertuang dari sikap, tutur kata /attitude dalam keseharian.



Menyambung ucapan Ibu nya tadi “ Jaman sudah berubah.”

Sebenarnya yang berubah jaman atau perilaku manusia, bila melihat sekarang dengan mengembalikan ingatan kita ke masa 10 tahun kebelakang perubahan apa yang terjadi.

“ Apa yang berubah dari sekarang “

“” Dahulu disini hanya sebuah tanah kosong, sekarang sudah banyak bangunan besar dan indah.””

“” 10 tahun kemarin jalan ini belum ada selebar dan sekuat ini, sekarang jalan utama sudah ada melalui Fly Over dan Under ground.

Mungkin masih banyak lagi perubahan-perubahan yang terjadi.  Kalau sudah begini apakah jaman atau dunia sudah berubah ?”

Manusianya lah yang merubah semuanya, dunia hanya sebatas media, sementara jaman hanya mengikuti waktu untuk merubah hari menjadi tahun, seriring berjalannya waktu perubahan perilaku dan perubahan material saling tumbuh.

Sering ada anggapan  bahkan menyalahkan…. “ dunia sudah edan “, ……

sebenarnya yang edan adalah perilaku manusianya sehubungan dengan waktunya orang-orang itu menjadi edan, bukan dunia yang patut disalahkan.









Menyikapi MURAHAN atau MAHAL dalam kontek perilaku manusia dalam bekerja.

Mari kita ingat semboyan antara kualitas dan kwantitas bahwasannya kwantitas akan mengikuti kualitas

Seseorang akan mendapatkan harga sebuah penilaian menjadi  Murah kwantitasnya bila kualitasnya rendah atau murah, begitupun sebaliknya.

Karyawan sebuah perusahaan jasa disebuah pelayanan transportasi bercerita kepada saya tentang masalah pekerjaan bahkan sampai masalah pendapatan yang menurut dia perusahaan tempatnya bekerja tidak adil. “ Apa yang menjadi tidak adil dalam diri anda.” Tanya saya.

“ Ya segalanya, mulai dari pekerjaan dan pendapatan.” Jawab dia.

Saya coba mulai koreksi “ Apakah anda sudah sadar batas ketidak adilan yang menurut anda tidak sampai pada diri anda, dan apakah sudah anda pikirkan kenapa perbedaan itu terjadi yang mengakibatkan harga sebuah kualitas tidak seimbang dengan kwantitas diri anda, coba anda refresh ke belakang mulai dari anda masuk pertama kali kerja diperusahaan tersebut dari jabatan, pekerjaan, suasana kerja sampai bos atau pimpinan anda.  Coba gali kembali apa yang ada didalam diri anda temukan letak ketidak adilan tersebut dengan menutupinya yaitu perubahan.

Karena bila kualitas kerja anda mahal, maka kwantitas ( materi ) akan mengikuti, seperti bayangan yang ada didalam diri anda.



Jadi yang menjadikan MURAH atau MAHAL harga diri kita yaitu sikap dan perilaku diri sendiri.

                                            “””””””””””””””’Percaya atau tidak”””””””””””””””””””””””””’